JAM

Lowongan Kerja

Lowongan Kerja Indonesia

About Me

Slamet Ra
Terlahir nun jauh di Desa terpencil, dengan asa yang tinggi meniti satu demi satu jalan kehidupan dan hari ini hadir untuk berbagi informasi di dunia pendidikan. Dengan motto Hidup adalah Memilih, maka pilihlah pilihan yang benar sehingga tidak menyesal kemudian.
Lihat profil lengkapku

Photo Mei 2011

Jumlah Pengunjung

free counters

Halaman Populer

Slide Photo

cs

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
Aku Bisa Karena tidak ada alasan untuk tidak Bisa!
Kamis, 21 Agustus 2008

Dr. Kanner di dalam bukunya Child Psychiatry memuat hasil penelitian terhadap sejumlah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah, juga mengalami kesulitan dengan teman-temannya dalam pergaulan. Salah satu kasus seorang anak memperlihatkan ekspresi wajah kurang gembira. Ia terlihat lebih banyak murung dan menyendiri. Ia lamban sekali menjawab pertanyaan. Angka-angka yang dicapainya di sekolah kurang dari cukup. Ibu anak itu sedih dengan keadaan anaknya yang demikian. "Tolonglah, Dok!, agar dia berhasil menjadi anak yang pintar".

Dari ibu anak itu, Dr.Kanner memperoleh beberapa keterangan yang diperlukannya. Keterangan pertama yang diperolehnya adalah bahwa anak itu ternyata belum cukup umur ketika dimasukkan sekolah. Faktor itu bagi Dr. Kanner sebenarnya tidak terlalu menentukan. Keterangan kedua ialah bahwa ayah itu adalah seorang lelaki bertipe kasar, sering marah-marah, terlalu galak terhadap istri dan anaknya. Bersikap kasar, sering dia perlihatkan terhadap si anak. Akibatnya anak itu sering merasa tegang di bawah ancaman dan sikap kasar ayahnya. Situasi inilah kemudian menyebabkan perilakunya di sekolah menjurus kurang normal. Ia suka menyendiri. Terhadap guru lelaki, terutama yang mirip dengan ayahnya, ia merasa takut. Melihat lelaki dengan profil seperti ayahnya membuat ambang bawah sadarnya teringat akan figure ayah berikut kekejamannya.

Kasus lain yang ditemukan Dr. Kanner adalah kasus guru yang sering kesal melihat kenakalan seorang anak lelaki berusia enam tahun. Ia sulit diatur. Berkali-kali guru memperingatkannya agar tenang dan tidak menganggu teman-temannya. Tetapi ia tidak memperdulikannya. Sering ia merebut dan memakan bekal makanan teman-temanya, memperlakukan teman-temanya sebagai pesuruhnya dan berbagai sikap lain yang menjengkelkan yang kadang-kadang berakhir dengan perkelahian. Setelah diselidiki, ternyata kedua orangtuanya memperlakukan anak itu dengan sikap manja berlebihan. Orang tua mendidik si anak dirumah dengan cara memenuhi segala keinginannya. Mereka kurang menyadari bahwa dampak negatif cara mendidik yang keliru di rumah, menyebabkan perilaku si anak di sekolah sangat menjengkelkan guru, maupun teman-temannya.

Ahli psikologis dan ahli pendidikan hampir sependapat, bahwa sikap dan cara orang tua mendidik anak di rumah, mempengaruhi perilakunya di sekolah. Anak yang ada di rumah memperoleh pendidikan yang tepat dan benar serta baik, umumnya akan memperlihatkan sikap dan perilaku yang normal di sekolahnya. Ia dapat bergaul dengan baik temannya. Ia mungkin bukanlah murid yang menarik bagi temannya, tetapi setidak-tidaknya, kehadirannya di lingkungan sekolah tidak menjengkelkan. Menurut Dr. Kanner, cara mendidik anak yang tidak edukatif, dapat menimbulkan dampak negatif, antara lain termanifestasi di dalam pergaulan anak di sekolahnya. Nasehat Dr. Kanner dalam hal ini ialah. "Jika Anda tidak ingin anak anda mengalami kesulitan dan hambatan di lingkungan sekolahnya, berikanlah mereka pendidikan yang tepat di rumah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ass.pa slamet ini anak XI IPA 1,jadi kan pa publikasi soal/tugas di sini

Tanggalan

Karir

KARIR ANDA!!

Online

Info Kerja

Info Lowongan Kerja

Label

Link P. Tinggi

P T S

BANK SOAL UPDATE

Pesan Tertunda