JAM

Lowongan Kerja

Lowongan Kerja Indonesia

About Me

Slamet Ra
Terlahir nun jauh di Desa terpencil, dengan asa yang tinggi meniti satu demi satu jalan kehidupan dan hari ini hadir untuk berbagi informasi di dunia pendidikan. Dengan motto Hidup adalah Memilih, maka pilihlah pilihan yang benar sehingga tidak menyesal kemudian.
Lihat profil lengkapku

Photo Mei 2011

Jumlah Pengunjung

free counters

Halaman Populer

Slide Photo

cs

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
Aku Bisa Karena tidak ada alasan untuk tidak Bisa!
Kamis, 26 Mei 2011



Maukah saya beritahu kata-kata motivasi terdahsyat?

Jika Anda sudah mengetahui hal ini, Anda akan lebih mudah membangkitkan motivasi. Ini teknik motivasi instan yang bisa Anda terapkan sekarang juga.

“Apa donk?”

OK sabar… saya akan beritahu apa kata-kata motivasi yang paling dahsyat, yang paling memberikan semangat bagi saya. Anda juga bisa menggunakan kata-kata motivasi ini.Inilah kata-kata yang memberikan semangat hidup saya. Kalimat inilah yang membuat saya bertahan dalam keterpurukan. Kalimat ini juga yang membuat saya semangat terus dalam berkarya. Kalimat ini juga yang membuat saya semangat terus meski masalah sebesar gunung.

Silahkan Anda simak, boleh dicopy dan boleh dihafalkan. Tidak ada yang melarang, justru saya menganjurkan Anda untuk mencopynya. Meskipun, sebenarnya, tidak perlu karena sudah ada di rumah Anda. Silahkan buka Al Quran surat Al Baqarah ayat terkahir.
Kata-kata Motivasi Terdahsyat Saya:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah:286.)

Apakah hanya ini? Tentu saja tidak. Semua ayat Al Quran memberikan motivasi. Setiap ayat memiliki motivasi masing-masing. Nah… untuk motivasi menghadapi kehidupan yang semakin berat dan masalah yang tiada henti, ayat diatas adalah ayat yang paling memberikan motivasi bagi saya.

Apa lagi? Anda bisa membacanya di ebook gratis saya Merenungi Ayat-ayat Inspirator yang bisa Anda download di member area Zona Sukses. Disana saya merenungi berbagai ayat yang membangkitkan saya saat terpuruk. Luar biasa.
Apa Kata-kata Motivasi Anda?



Kata-kata motivasi mana yang paling dahsyat bagi Anda? Bisa saja berbeda dengan saya dan juga orang lain. Kondisi manusia berbeda-beda, sehingga kalimat yang memotivasi pun bisa beda. Tugas Anda adalah mencarinya. Setelah ketemu dengan kalimat spesial Anda, jadikanlah sebagai senjata motivasi Anda. Sederhana bukan?
Update: Cara Menggunakan Kata-kata Motivasi

Setelah Anda memilih kata-kata motivasi, lalu bagaimana cara menggunakannya?

Tuliskan kata-kata motivasi itu, jika perlu buat bingkai. Ide lain membuat wall paper untuk komputer Anda. Tujuannya agar Anda sering melihatnya dan terus memberikan motivasi pada diri Anda.
Sering-sering mengatakannya, baik secara lantang atau dalam hati agar terhujam ke hati Anda.
Beritahu orang lain tentang kata-kata motivasi Anda dan bagaimana bisa membangkitkan semangat Anda. Ceritakan dengan antusias.

Update: Tambahkan Koleksi Anda

Meski Anda sudah memiliki kata-kata motivasi terdahsyat, akan lebih baik jika Anda terus mengkoleksinya. Dari mana saja? Tentu saja, yang menjadi sumber motivasi dan inspirasi umat Islam adalah Al Quran, Hadits, dan ucapan para sahabat dan ulama.

Setelah itu, silakan Anda mencari dari sumber-sumber lain selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Anda akan mengetahui mana saja kata-kata motivasi yang sejalan dan bertentangan dengan ajaran Islam jika Anda intens berinteraksi dengan Al Quran dan hadits.

Saya yakin, kita akan mendapatkan hikmah dari kata-kata motivasi yang dikatakan oleh para motivator barat, namun tidak semuanya islami. Yang dimaksud islami itu bukan berarti harus selalu mengutip Al Quran dan hadits saja, tetapi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Jika itu bermanfaat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, silakan gunakan.

Anda mau berbagi kata motivasi yang paling dahsyat bagi Anda? Silakan tuliskan di komentar kata-kata motivasi Anda, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca lain.
sumber:www.motivasi-islami.com/kata-kata-motivasi-terdahsyat/
Selasa, 24 Mei 2011
                                       PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN
                               DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
                                                   SMK NEGERI 6 KUNINGAN
                          Jalan sindangkempeng Kec. Pancalang Kabupaten Kuningan 45557
                                ULANGAN UMUM SEMESTER GENAP
                                TAHUN PEMBELAJARAN 2009-2010

                            Mata Pelajaran  : Kimia
                            Kelas                 : X KR (Kendaraan Ringan )
                            Hari/ Tanggal    : Kamis / 10 Juni 2010
                            Waktu               : 07.30 – 09.00

A. Pilihan Ganda.

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan membulatkan jawaban pada lembar jawaban yang tersedia!

1. Rumus kimia dari dinitrogen trioksida adalah…
    A. N2O            D. NO3
    B. N3O2          E. NO2
    C. N2O3

2. Senyawa P2O5 mempunyai nama….
    A. Fosfor oksida
    B. Difosfor oksida
    C. Difosfor pentoksida
    D. Pentafosfor dioksida
    E. Fosfor pentoksida

3. Senyawa dengan rumus Ca(NO3)2 mempunyai nama…
    A. Kalsium nitrit
    B. Kalsium (II) nitrit
    C. Kalsium (II) nitrat
    D. Kalsium nitrat
    E. Kalsium (I) nitrat

4. FeO diberi nama….
    A. Besi (III) oksida
    B. Feri oksida
    C. Ferum oksida
    D. Besi oksida
    E. Besi (II) oksida

5. Senyawa C2H6 menurut IUPAC diberi nama….
   A. Etana            D. asetilena
   B. Etena            E. metana
   C. Etuna

6. Pasangan rumus kimia dan nama senyawa berikut yang benar adalah….
    Rumus Kimia Nama Senyawa
    A. Ca(OH)2 Kalium hidroksida
    B. KMnO4 Kalium permanganat
    C. HNO3 Asam nitrit
   D. AlSO4 Aluminium sulfat
   E. NaPO4 Natrium fosfat

7. Pada reaksi H2(g) + Cl2(g)  ---> 2HCl(aq) yang berperan sebagai pereaksi adalah….
    A. HCl               D. H2 dan Cl2
   B. H2                 E. H2 dan HCl
   C. Cl2

8. Asam klorida direaksikan dengan kalium hidroksida menghasilkan kalium klorida dan air. Persamaan reaksi yang benar adalah….
    A. HCl(aq) + K2OH(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l)
   B. HCl(aq) + KOH(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l)
   C. 2HCl(aq) + K2OH(aq) ---> KCl2(aq) + H2O(l)
   D. HCl(aq) + K2OH2(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l)
   E. HCl(aq) + KOH2(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l)

9. Pada reaksi a Zn + b HCl ---> c ZnCl2 + d H2, maka koefisien a, b, c, dan d berturut-turut adalah….
    A. 1, 2, 2, dan 1           D. 1, 2, 1, dan 2
   B. 1, 1, 2, dan 1            E. 2, 2, 1, dan 2
   C. 1, 2, 1, dan 1

10. Jika logam magnesium dimasukkan kedalam larutan asam klorida, maka gas yang dihasilkan adalah….
    A. Cl2          D. H2
    B. O2           E. H2O
    C. HCl

11. Nama yang tepat untuk senyawa dengan rumus kimia Mg(OH)2 adalah….
      A. Magnesium dihdroksida
     B. Magnesium oksida
     C. Magnesium dioksida
    D. Magnesium (I) hidroksida
    E. Magnesium hidroksida

12. Rumus kimia besi (III) sulfat adalah….
      A. FeSO4           D. Fe2SO3
      B. FeS                E. Fe2(SO4)3
      C. Fe3(SO4)2

13. Jika tersedia ion : NH4+ ; Al3+ ; NO3- ; SO42- , maka rumus kimia yang benar….
      A. (NH4)2SO4      D. Al3(SO4)2
      B. NH4(SO4)2      E. Al(SO4)3
      C. Al3NO3

14. Pembakaran gas butana menurut reaksi:
      2 CaH10(g) + a O2(g)  ---> b CO2(g) + c H2O(g), maka harga a, b, dan c adalah….
      A. 13, 8, dan 10         D. 4, 10, dan 13
     B. 8, 10, dan 30          E. 10, 13, dan 8
     C. 13, 4, dan 10

15. Untuk memenuhi hukum Lavoisier pada reaksi:
       Na¬2B4O7(s) + xH2O(l) + 2HCl(aq) ---> 4H3BO3(aq) + yNaCl(aq), perbandingan x dan y adalah….
      A. 5:2            D. 3:4
      B. 2:5            E. 10:3
      C. 1:3

16. Persamaan reaksi Mg(s) + 2HCl(aq) ---> H2(g). pada reaksi tersebut yang merupakan pereaksi adalah….
      A. Mg dam H2           D. HCl dan Mg
      B. MgCl dan HCl       E. MgCl dan H2
      C. Mg dan MgCl

17. Pernyataan berikut yang benar untuk persamaan reaksi:
      2SO2 + O2 ---> 2SO3 adalah….
      A. Dihasilkan empat molekul
      B. Dihasilkan dua atom
      C. Jumlah molekul ruas kiri dan kanan sama
     D. Dihasilkan lima molekul
     E. Jumlah atom ruas kiri dan kanan sama

18. Pada persamaan reaksi aFe(s) + bO2(g) ---> cFe2O3(s), nilai a, b, dan c masing-masing adalah….
      A. 2, 1, dan 3             D. 3, 2, dan 4
      B. 4, 3, dan 2             E. 2, 1, dan 1
      C. 2, 3, dan 4

19. Perhatikan rumus kimia senyawa berikut!
      1) CH5OH                4) C6H12O6
      2) CH3COOH           5) C12H2O11
      3) C3H6O
     Yang merupakan rumus empiris adalah….
     A. 1, 2, dan 3             D. 2, 3, dan 4
     B. 1, 2, dan 4             E. 2, 2, dan 5
     C. 1, 3, dan 5

20. Perhatikan table berikut!
      No Kation Anion Rumus molekul Nama
      1 K+ SO42- K2SO4 Kalium sulfat
      2 Al3+ OH- Al3OH Aluminium hidroksida
      3 Mg2+ NO3- MgNO3 Magnesium nitrat
      4 Fe3+ Cl- FeCl3 Besi (III) klorida
      5 Ba2+ PO43- Ba3(PO4)2 Barium fosfat
     Berdasarkan data diatas, hubungan yang benar ditunjukkan oleh nomor….
     A. 1, 3, dan 4        D. 2, 4, dan 5
     B. 1, 4, dan 5        E. 3, 4, dan 5
     C. 2, 3, dan 4

21. Berikut persamaan reaksi yang salah adalah…
      A. C(s) + O2(g)  ---> CO2(g)
      B. 2H2O(g) ---> 2H2(g) + O2(g)
      C. H2(g) + Cl2(g) ---> 2HCl(aq)
     D. 2S(s) + 3O2(g) ---> 2SO3(g)
     E. NO2(g) --->  N2(g) + O2(g)

22. Pada reaksi redoks:
      aK(s) + bH2SO4(aq)  --->  cK2SO4(aq) + H2(aq)
      berdasarkan hokum kekekalan massa, maka setelah disetarakan harga a, b, dan c berturut-turut adalah….
      A. 1, 1, dan 2            D. 2, 1, dan 2
      B. 1, 2, dan 1            E. 2, 2, dan 1
      C. 2, 1, dan 1

23. Penulisan persamaan reaksi yang benar bila kalsium berekasi dengan gas oksigen menghasilkan kalsium oksida adalah….
     A. 4K(s) + O2(g) ---> 2K2O(g)
     B. 2K(s) + O2(g) ---> 2K2O(g)
     C. 2Ca(s) + O2(g) ---> 2CaO(s)
    D. Ca(s) + O2(g) ---> CaO(s)
    E. Ca(s) + O2(g) ---> CaO2(g)

24. Jika logam aluminium direaksikan dengan larutan aluminium sulfat dan gas hydrogen, maka penulisan persamaan reaksi yang benar adalah….
     A. Al2(s) + 3H2SO4(aq) ---> Al2(SO4)3(aq) + 6H2(g)
     B. 2Al(s) + H2SO4(aq) ---> AlSO4(aq) + H2(g)
     C. Al(s) + 3H2SO4(aq) ---> AlSO4(aq) + H2(g)
     D. 3Al(s) + H2SO4(aq) ---> Al3(SO4)3(aq) + 2H2(g)
     E. 2Al(s) + 3H2SO4(aq) ---> Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g)

25. Persamaan reaksi yang benar antara besi (II) klorida dengan larutan natrium hidroksida adalah….
     A. NaOH(aq) + FeCl3(aq) ---> Fe(OH)(aq) + NaCl(aq)
     B. NaOH(aq) + FeCl2(aq) ---> Fe(OH)2(aq) + NaCl(aq)
     C. NaOH(aq) + FeCl3(aq) ---> Fe(OH)3(aq) + 3NaCl(aq)
     D. 3NaOH(aq) + FeCl3(aq) ---> Fe(OH)3(aq) + 3NaCl(aq)
     E. 6NaOH(aq) + 2FeCl3(aq) ---> 2Fe(OH)2(aq) + 6NaCl(aq)

 26. Pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi akan merupakan perbandingan bilangan yang bulat dan sederhana. Hal ini dikemukakan oleh….
     A. Dalton         D. Gay-Lussac
     B. Lavoisier      E. Proust
     C. Avogadro

 27. Pada proses besi berkarat, maka….
     A. Massa besi = masa karat besi
     B. Massa besi > massa karat besi
     C. Massa besi < massa karat besi
     D. Massa besi tetap
     E. Massa besi berubah

28. Perbandingan massa atom – atom dalam senyawa adalah tetap. Pernyataan ini dikemukakan oleh….
     A. Lavoisier       D. Gay-Lussac
     B. Dalton           E. Avogadro
     C. Proust

29. Massa besi dalam 0,25 mol Fe2O3 adalah….
     A. 80 gram         D. 15,5 gram
     B. 40 gram          E. 4 gram
     C. 30,1 gram

30. Jumlah mol dari 10 gram CaCO3 adalah….
      A. 25                 D. 0,1
     B. 10                  E. 0,01
     C. 1

B. Essai
Kerjakan dengan singkat dan benar pada lembar jawaban yang tersedia!

1. Apakah nama senyawa berikut!
     a. NaClO            d. PbSO4
     b. P2O5              e. HBr
     c. CuO                f. Zn(OH)2

2. Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut!
     a. Natrium hidroksida
     b. Asam karbonat
     c. Timbal (IV) oksida
     d. Besi (III) karbonat

3. Dalam upaya memperoleh sidik jari dilokasi kejahatan, tim forensic sering mencampurkan larutan natrium klorida dengan larutan perak nitrat. Hasilnya berupa endapan perak klorida dan larutan natrium nitrat. Tuliskan persamaan reaksinya!





Oleh:
Achmad Binadja


Pendidikan Bervisi dan Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) memberi peluang kepada para pendidik, bersama peserta didik, untuk lebih produktif. Hal ini terjadi karena di dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan visi dan pendekatan SETS, peserta didik diajak untuk menghasilkan produk kegiatan pembelajaran yang diantaranya dalam bentuk fisik yang bernilai ekonomis. Produk yang bernilai ekonomis tersebut, dapat saja dirancang di dalam kegiatan pembelajaran, yang diturunkan dari kurikulum dan silabus yang juga bervisi SETS untuk mencapai kompetensi yang secara khusus dikembangkan kearah itu. Hal tersebut menandai bahwa pihak sekolah serta pendharbeni pendidikan di satuan pendidikan itu memberi dukungan terhadap proses pendidikan bervisi SETS.

Produk pembelajaran tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat bila pendidik dapat menjamin bahwa produk tersebut aman dan baik untuk digunakan atau dikonsumsi masyarakat. Sebagai contoh dalam pembelajaran bioteknologi sederhana, peserta didik dapat diajak menghasilkan nata de coco atau sejenisnya, fermentasi menggunakan ragi untuk menghasilkan tape atau tempe, tahu, atau produk awetan makanan dari buah, sayur dan daging. Di dalam pembelajaran kimia, peserta didik dapat diajak menghasilkan sabun, detergent, bahan pembersih lain, atau produk kimia lain bernilai ekonomis. Di dalam pembelajaran fisika peserta didik dapat diajak untuk menghasilkan macam–macam benda elektronik maupun mekanik yang bermanfaat bagi masyarakat. Kesemua itu dapat diproduksi dalam jumlah banyak sebagai bentuk kegiatan nyata pembelajaran. Dengan modal relatif rendah produk yang ditangani secara serius dapat diberi penampilan cantik menarik. Tak tertutup kemungkinan mematenkan produk. Tentu di dalam sistem produksi yang bervisi SETS, peserta didik diajak berproduksi tanpa harus merusak lingkungan. Produk tersebut selanjutnya dapat dipasarkan, di antaranya, melalui jaringan yang dikembangkan antara pihak sekolah, keluarga peserta didik, serta pendharbeni sekolah itu. Di sini pembelajaran wirausaha secara totalitas itu akan otomatis terbentuk.

Dengan cara di atas harapan masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan pekerjaaan kreatif sekaligus menghentikan produksi pengangguran akan memperoleh apresiasi tinggi.

Kata Kunci: Peningkatan Kesejahteraan Pendidik, Peningkatan Mutu Pendidikan, Visi SETS (Science, Environment, Technology, and Society), Pembelajaran Produktif.






Oleh:
Achmad Binadja



1. PENDAHULUAN
Suara-suara di luar institusi pendidikan semakin nyaring mengungkapkan harapan agar pendidikan yang berlangsung sekarang ini semakin diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan usaha kreatif. Di samping itu masyarakat pendidikan melihat bahwa terdapat kesenjangan antara harapan link and match dan realita. Di dalam Link and Match sebenarnya diharapkan para lulusan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja sehingga mereka dapat berkontribusi lebih besar pada tempat kerjanya. Yang terjadi, lebih banyak sekolah yang menghasilkan lulusan hanya untuk memenuhi kebutuhan dengan keterampilan tertentu (INE, 2007-a). Hal itu menyebabkan kesulitan lulusan memperoleh kerja yang mereka harapkan. Pihak industri juga memiliki tambahan beban untuk melatih mereka dalam waktu lebih lama. Ketika Pemerintah berusaha memenuhi ketentuan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dengan melaksanakan Ujian Nasional (UN) yang melibatkan mata pelajaran bidang studi, masyarakat justru mengeluhkannya. Penambahan mata pelajaran untuk UN itu dikhawatirkan pembelajaran akan menjadi kering karena pembelajaran akan memfokus pada upaya menyiasati lulus ujian alih-alih pada proses pembelajaran yang diinginkan untuk membentuk manusia utuh (INE, 2007-b). Kenyataan bahwa hingga saat ini kita masih memiliki pengangguran yang terekam sebesar lebih dari 38 juta usia kerja menandai bahwa kita memerlukan pemecahan masalah yang bersifat segera dan mengakar, bukan sporadis.

Pada saat yang sama, harapan para pendidik serta pendharbeni pendidikan untuk memperoleh kesejahteraan sosial ekonomi yang memadai hingga saat ini masih merupakan harapan. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberi peluang bagi guru dan dosen yang berkualifikasi untuk memperoleh tambahan finansial lebih baik dibanding dengan waktu sebelumnya. Pada saat yang sama, Undang-Undang tersebut memberi jaminan penghargaan lebih tinggi kepada pendidik di negara ini, dibanding dengan masa sebelumnya. Upaya merealisasikan harapan peningkatan kesejahteraan tersebut telah dimulai dengan melaksanakan uji sertifikasi guru. Mereka yang lulus uji sertifikasi ditetapkan berhak untuk memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji yang mereka terima. Namun, belum lagi upaya ini selesai, telah turun peraturan baru yang mensyaratkan agar guru berkualifikasi juga diperhitungkan dari jumlah jam mengajar sebanyak 24 jam per minggu. Padahal, para guru menganggap bahwa untuk dapat memperoleh kesempatan mengajar 24 jam perminggu itu tidak mudah di dapat, karena tidak semua sekolah memiliki jumlah kelas atau murid yang cukup untuk membuat pendidik tersebut dapat mengajar selama 24 jam. Atas dasar itu, para aktivis guru yang tergabung di dalam Federasi Guru Independen Indonesia menganggap pemerintah masih setengah hati di dalam melaksanakan upaya penyejahteraan mereka (JON, 2007). Sementara pihak pemerintah tentunyg berharap agar guru yang berkualifikasi itu dapat bekerja atau dipekerjakan secara optimal.

Di sisi lain, tidak semua satuan pendidikan menghasilkan lulusan yang betul-betul bermutu dan memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan. Di antara lulusan yang dihasilkan tersebut betul-betul tak mampu melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih atasnya atau mampu bekerja dengan bekal pendidikan yang telah dilaluinya. Tentu konsekuensinya hal itu menuntut kerja pendidik lebih keras, di samping upaya dari para peserta didiknya sendiri.

Ketiga hal di atas, guru berkompeten, guru yang belum sejahtera, dan peserta didik bermutu rendah jelas merupakan kombinasi yang sangat tidak harmonis. Yang diharapkan tentunya keberadaan guru kompeten di bidangnya di satuan pendidikan yang dapat menyejahterakan mereka sehingga mereka dapat meningkatkan kinerja dan menhasilkan lulusan bermutu tinggi. Yang tak kalah penting, semua itu diharapkan dapat berlangsung secara bersama, bahkan bersinergi. Dengan demikian, di situ berlaku optimasi tenaga dan biaya untuk mencapai hasil yang bermutu setinggi-tingginya.

Sementara itu, di luar pagar satuan pendidikan berlangsung proses ekonomi yang tidak selalu dikenal para pendidik maupun pendharbeni pendidikan. Proses yang dimaksud adalah sistem pemasaran jaringan. Mereka yang memahami dengan baik dan mau melakukan dengan sungguh-sungguh, ternyata memperoleh keberhasilan menakjubkan secara finansial. Di antara para pelakunya justru mereka yang tidak selalu mengenyam pendidikan sangat tinggi. Namun bagi para pendidik hal itu dianggap sulit, tak masuk akal, dan bahkan dianggap tidak sepantasnya dilakukan. Padahal, di saat yang sama, sebenarnya mereka dapat berpartisipasi dan mengambil manfaat proses ekonomi yang dimaksud agar harapan kesejahteraan yang mereka nantikan itu berlangsung. Tak harus menunggu. Sungguh ironis.

Oleh karena itu diperlukan pemikiran mendalam dan upaya nyata untuk meletakkan fondasi kuat yang dapat diterima oleh semua pihak yang memungkinkan para pendidik maupun pendharbeni pendidikan memperoleh kesejahteraan yang didambakan. Hal ini perlu dilakukan dengan menjembatani kesenjangan praksis pendidikan dengan praksis penyejahteraan masyarakat melalui sistem jaringan yang diadopsi. Namun, hal ini hendaknya dilakukan dalam koridor peningkatan kompetensi pendidik, yang selanjutnya untuk meningkatkan mutu peserta didik yang mereka bimbing di satuan pendidikan tempat mereka bekerja.

Visi SETS (Science, Environment, Technology, and Society) merupakan cara pandang yang memungkinkan kebutuhan masyarakat (society) dalam berbagai bentuk terpenuhi dalam keseimbangan sistem melalui pemanfaatan sains (science) ke bentuk teknologi (technology) yang tidak merusak atau merugikan lingkungan (environment) (Binadja, 1996, 1999a, 1999b, 2002a). Visi SETS dan pendekatannya dapat memberi jawaban atas pertanyaan dan harapan penyejahteraan pendidik sekaligus peningkatan mutu pendidikan sebagaimana diungkap di atas.


2. MASALAH PEMBAHASAN
Dari informasi di atas permasalahan utama yang harus dijawab adalah:
1. Bagaimana Visi SETS dapat dipakai sebagai landasan penyejahteraan pendidik (juga pendharbeni pendidikan) secara sinergetik, dengan memanfaatkan berbagai potensi di luar dinding satuan pendidikan, sementara tujuan utama pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan tetap tercapai?
2. Bagaimana contoh model yang dapat diadopsi secara nyata untuk proses penyejahteraan pendidik berlandaskan visi SETS tersebut.

3. PEMBAHASAN
3.1 Peningkatan Kesejahteraan di Masyarakat
Setiap individu yang normal, termasuk pendidik dan pendharbeni pendidikan, tentu berharap agar hidupnya sejahtera lahir batin, sosial maupun ekonomi. Pemilihan profesi sebagai pendidik pun sebenarnya dengan harapan yang sama. Namun, untuk kebanyakan pendidik dari profesi itu sendiri mungkin belum begitu menjanjikan saat ini untuk pemenuhan harapan kesejahteraan. Sebagian lagi, dengan jumlah relatif kecil, mungkin memiliki kemampuan variatif yang memungkinkan mereka memperoleh tambahan pendapatan yang layak untuk ditonjolkan. Di antara mereka mungkin menjadi pimpinan institusi atau melakukan kegiatan ekstra memberi tambahan pembelajaran kepada siswa di luar jam mengajar resmi di institusi pendidikan masing-masing. Yang lain memiliki atau mengembangkan bisnis yang mungkin tidak langsung menyentuh bidang pendidikan, seperti menjadi perantara bisnis properties atau produk lain, bertani, berkebun, beternak, dan seterusnya. Yang lain lagi mungkin tidak memiliki kemampuan mengembangkan usaha ekonomi semacam itu sehingga mereka ”merasa” harus menerima nasib dengan menerima dan melakukan pekerjaan tambahan sebagai tukang ojek. Di sini kita tidak membicarakan tentang oknum pendidik yang melakukan transaksi komoditas terlarang seperti perdagangan hasil curian sampai narkoba. Kalau pun ada, kita berharap jumlahnya mendekati nol. Kalau kita perhatikan, dari kenyataan yang ada, sebagian terbesar pendidik masih memiliki kemauan untuk melakukan pekerjaan halal, walau pendapatan tambahan yang mereka peroleh kecil.

Yang perlu ditengarai adalah, dengan profesi sebagai pendidik: (1) pada umumnya mereka masih memiliki kendali untuk merasa dirujuk masyarakat di sekitarnya agar tetap menjadi contoh baik dari masyarakatnya; (2) mereka memiliki komitmen dan kemauan keras untuk bekerja memenuhi target yang ditetapkan bersama (common target) walau dengan kondisi yang dianggap pas-pasan. (3) mereka suka bekerja di dalam satu sistem yang jelas dan mapan; (4) umumnya mereka suka mengikuti arahan yang jelas; (5) tidak banyak menyampaikan tuntutan dengan cara vulgar dan mau menerima keputusan bersama. Hal di atas sebetulnya merupakan potensi yang belum sepenuhnya dieksplorasi. Mereka yang telah mengeksplorasi secara lebih dalam telah memperoleh manfaatnya sebagaimana contoh mereka yang kreatif di atas. Bagi yang belum mengeksplorasi secara optimum kemungkinan mereka belum dapat memanfaatkan potensi tersebut untuk mensejahterakan lebih baik. Yang jelas, mereka juga berharap memperoleh kesejahteraan lebih baik dari yang dihadapi saat ini tanpa harus melakukan tindak kriminal atau tindakan lain yang dianggap kurang baik oleh masyarakat. Karenanya mereka ini memerlukan arahan yang mudah dipahami, dapat dilaksanakan dan berhasil guna dalam meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Dalam upaya memperoleh kesejahteraan social ekonomi, di luar institusi pendidikan ditawarkan berbagai bentuk kegiatan, baik untuk pendidik maupun pendharbeni pendidikan. Berbagai tawaran tersebut tampil dengan membawa misi pemberi penawarannya, mulai dari yang untuk tingkatan paling mudah-sederhana kelompok marjinal hingga sangat wah untuk golongan jet set. Implikasinya, pendanaan untuk kegiatan tersebut dapat sangat rendah atau sangat tinggi, tergantung pada siapa yang melihat jumlah tersebut. Bagi kalangan jet set yang mengeluarkan dana ratusan juta atau milyar sekalipun untuk mendatangkan kesejahteraan lebih baik lagi tentu hal itu akan dianggap ringan. Namun, jumlah yang sama bagi golongan orang yang kurang berpunya tentu dapat dianggap sebagai tidak masuk akal. Pada saat yang sama, orang kaya atau jet set juga menganggap tidak masuk akal bila ada orang-orang yang untuk kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya hanya menggunakan dana sebesar beberapa puluh ribu atau bahkan hanya beberapa ribu rupiyah. Inilah ironi kehidupan di dalam masyarakat yang perlu kita pahami dan ikut rasakan. Pada akhirnya yang harus kita pahami adalah kebutuhan masing-masing individu itu tidak selalu sama walau dalam hal nilai yang jumlahnya sedikit atau banyak tadi dianggap sama-sama tingginya.

Sejumlah contoh yang dapat diangkat dari realita kehidupan dalam hal program-program yang ditawarkan untuk meningkatkan kesejahteraan secara langsung atau tak langsung antara lain adalah:
a. Perolehan tambahan pendapatan dari bunga penyimpanan dana di bank atau institusi keuangan lain (memberi masukan tambahan paling sedikit dibanding cara lain yang ada saat ini karena bungan deposito dan giro relatif sangat rendah).
b. Perolehan kendaraan bermotor atau produk lain untuk keperluan rumah tangga dengan cara angsuran beberapa ratus ribu hingga beberapa juta rupiyah per bulan.
c. Perolehan rumah (properties lain) dengan angsuran sejumlah beberapa ratus ribu sampai beberapa juta rupiyah perbulan.
d. Perolehan pendapatan tambahan dengan cara menanam modal di perdagangan properties (beberapa waktu yang lalu kegiatan ini relative ambruk di AS dan berdampak besar pada sistem keuangan di banyak negara di dunia).
e. Perolehan pendapatan tambahan dengan cara menanam saham di perusahaan-perusahan yang telah memenuhi syarat “go public”
f. Perolehan pendapatan tambahan dengan cara pembelian index harga saham atau index harga lain termasuk valuta asing secara berkelanjutan.
g. Perolehan pendapatan tambahan melalui sistem pemasaran jaringan yang telah mapan dan dapat dipercaya.

Sesuai dengan keperluan dan kemampuan anggota masyarakat, mereka masing-masing akan menentukan pilihan untuk mengambil manfaat dari tawaran yang ada untuk memperoleh kesejahteraan tambahan secara langsung maupun tak langsung. Sebaiknya para pendidik dan pendharbeni pendidikan mengetahui dan memahami berbagai tawaran yang ada dan memilih di antaranya sejauh hal tersebut dapat dipertanggung jawabkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang diharapkan. Yang penting jangan sampai keliru pilih untuk menghindari kerugian.


3.2 Visi SETS Dalam Pembelajaran Produktif
Visi SETS dan pendekatannya telah diusulkan dan diintegrasikan di dalam kurikulum berbasis kompetensi (Binadja, 2002a) dan dikembangkan oleh pusat kurikulum Balitbang Depdiknas. Bahkan Propinsi Riau telah menerima pengembangan visi ini di dalam Master Plan pendidikannya (Binadja 2002b).

Di dalam kegiatan pembelajaran bervisi SETS (Science, Environment, Technology, and Society), peserta didik diarahkan untuk menghasilkan produk kegiatan pembelajaran. Produk pembelajaran yang dimaksud dapat berupa sumber daya manusia, atau dirinya sendiri, yang menguasai pengetahuan yang dipelajari maupun produk fisik sebagai hasil kegiatan sumber daya manusianya. Keduanya dapat diarahkan agar memiliki nilai ekonomis. Kepemilikan nilai ekonomis itu dapat dipakai sebagai dasar atau landasan peningkatan kesejahteraan sosial maupun ekonomis baik bagi pendidik maupun untuk peserta didik (sebagai salah satu pendharbeni pendidikan). Proses ini dapat diberlakukan baik untuk jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Tentunya dengan memperhatikan kemampuan fisik serta daya pikir serta keterampilan (kreativitas, inovatif, dan inventif) peserta didiknya.

Perlu diingat bahwa kegiatan pembelajaran produktif itu dilaksanakan dalam kerangka pencapaian kompetensi yang secara sengaja dirancang untuk menghasilkan sumber daya manusia dengan kompetensi lebih dari minimal yang diharapkan oleh pemerintah, melalui Departemen Pendidikan Nasional. Di dalam pembelajaran bervisi SETS, kompetensi tersebut secara sadar diarahkan untuk memberi kemampuan pada para peserta didik agar dapat menguasai serta memanfaatkan konsep yang dipelajari dalam konteks SETS. Sebagai konsekuensinya, peserta didik akan diajak membiasakan diri untuk melihat peluang kemanfaatan konsep yang dipelajari bagi kepentingan masyarakat secara pragmatis, memahami sisi saintifiknya, bentuk-bentuk teknologi yang dapat diturunkan dari sainsnya dalam upaya pemenuhan kepentingan masyarakat tanpa merusak atau merugikan lingkungan.

Dalam kerangka berpikir semacam itu, guru atau pendidik dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi yang bermanfaat bagi peserta didik serta masyarakat (termasuk guru itu sendiri di dalamnya) dalam upaya pengembangan diri peserta didik mereka. Dengan arahan mencukupi, para peserta didik secara individual maupun kelompok dapat memberi masukan tentang sejumlah produk kegiatan pembelajaran bernilai ekonomis untuk dilakukan peserta didik yang mendapat dukungan dari orang tua peserta didik. Namun demikian, hendaknya perlu dicegah agar peserta didik yang sama tidak menghasilkan produk tertentu secara terus menerus (dalam konteks pembelajaran) yang dapat menyebabkan kejenuhan pemikiran peserta didik yang tidak memungkinkan peserta didik berkembang lebih jauh dalam pengetahuan yang dipelajari. Selama proses pembelajaran dengan mengikuti struktur pendidikan yang berlaku tujuan pendidikan untuk membawa peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan hendaknya tetap dipertahankan. Dengan demikian, lembaga pendidikan, sekolah, tidak sepenuhnya diubah menjadi tempat produksi barang semata.

Kerangka berpikir di atas tak hanya perlu diberlakukan pada proses pendidikan yang memfokuskan diri pada bidang sains saja akan tetapi untuk seluruh bidang studi. Bahkan, dalam upaya memudahkan realisasi upaya pembelajaran produktif, diharapkan proses pembelajarannya terintegratif yang memungkinkan peserta didik untuk menerapkan secara terpadu berbagai pengetahuan yang diperoleh untuk menghasilkan produk tertentu yang layak diproduksi secara masal, dengan nilai jual terjangkau untuk pangsa pasar tertenu.


INE (2007-a) mengungkapkan pernyataan Director of Education Reform bahwa pertautan antara dunia pendidikan dan industri yang sering disebut Link and match masih bermasalah. Upaya menjaga relevansi antara pendidikan dan industri dianggapnya masih dimaknai sekedar mentransfer materi atau keterampilan khas yang dibutuhkan dunia industri kelembaga pendidikan. Padahal yang dibutuhkan sebetulnya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir, berkomunikasi, berinteraksi social dan bekerja dalam tim. Kemampuan itu diharapkan dibelajarkan di pendidikan dasar dan menengah, menurut berbagai pihak, di antaranya oleh Director of Education Reform. Dalam tulisan itu juga diungkap bahwa sebetulnya dalam kurikulum berbasis kompetensi, kemampuan berpikir, berkomunikasi dan berinteraksi tersebut dapat diberi peluang untuk diberi penekanan. Bukan pada banyaknya jenis materi pembelajaran, yang justru membingungkan peserta didik. Implikasi dari informasi di atas adalah diperlukannya lulusan pendidikan di berbagai jenjang yang mampu dan terampil berpikir untuk berkarya dan menyosialisasikan hasil karyanya tersebut dengan harapan memiliki nilai ekonomi dan layak jual.

Visi SETS yang diintegrasikan di dalam sistem pendidikan dengan sejumlah implikasinya (Binadja, 2005a, 2005b, 2006a, 2006b, 2006c) itu sesungguhnya dapat mengoptimasi pembelajaran untuk menjadi lebih produktif (Binadja, 2006d). Dalam pemikiran pembelajaran produktif bervisi SETS sebenarnya guru/pendidik dapat merancang sedemikian rupa agar kemampuan berpikir tersebut tumbuh kembang selama proses pembelajarannya. Pada saat yang sama, para pendidik juga mengintegrasikan upaya penyejahteraan diri mereka bersama pendharbeni pendidikan, termasuk para peserta didik. Oleh karenanya, di sini proses pembelajaran diharapkan menjadi lebih berdaya dan berhasil guna.

Di dalam proses pengintegrasian upaya penyejahteraan tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan, dan sebaiknya tidak ditinggalkan, adalah:
1. Proses pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, hendaknya tetap dilaksanakan.
2. Waktu pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan sedapat mungkin tidak diubah apalagi ditambah terlampau banyak.
3. Langkah kegiatan pembelajaran untuk sampai ke produk yang diharapkan hendaknya telah dikuasai oleh peserta didik maupun guru.
4. Proses produksi untuk menghasilkan produk akhir yang dikehendaki dapat dikembangkan melalui sistem urutan, fragmentasi, atau holistik bagi setiap peseerta didik kelompok kerja perlu diketahui secara jelas oleh para peserta didik yang terlibat.
5. Jumlah produk yang dihasilkan secara kumulatif relative besar sehingga memiliki nilai ekonomi layak untuk ditawarkan ke pihak lain di luar pendidik dan peserta didik.
6. Produk diminati pengguna sehingga perlu terus diproduksi oleh penndidik maupun peserta didi secara berkelanjutan bila diperlukan.
7. Terdapat pemikiran penciptaan serta pembinaan tenaga kerja potensial melalui proses belajar sekaligus berproduksi, sambil menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Dalam arti, untuk memproduksi komoditas yang sama peserta didik pelaksananya mungkin sama atau berganti.
8. Memberi peluang untuk membangkitkan pemikiran kreativitas dan inivatif sekialigus kehendak untuk berwirausaha bagi peserta didik maupun pendidik.
9. Membawa semangat bekerja produktif yang bernilai positif dan mengeliminasi keinginan berproduksi komoditas bernilai atau untuk keperluan negative.
10. Membangun semangat kolaborasi tinggi ketika bekerja dalam system yang secara sadar mereka bina dan kembangkan untuk sama-sama memperoleh kemanfaatan sebesar-besarnya.

Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa visi SETS dapat memberi jawaban atas pertanyaan dan harapan penyejahteraan pendidik sebagaimana diungkap di dalam bagian pendahuluan makalah ini, sekaligus peningkatan mutu pendidikan, pada aspek kognitif, afektif, maupun psikhomotor,. Yang terakhir ini setidaknya telah dibuktikan dari sejumlah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indriyanti beserta partnernya (2000, 2002, 2003), Sutanti (2002), Wijayanti (2003), (Susilowati 2004), Wijayanti (2004), Binadja (2004), Rosilawati, (2005), Hariyanto (2005), Binadja dan Wardani (2006).

3.3 Unit Produksi/Unit Usaha Produktif.
Sedapat mungkin setiap satuan pendidikan mengembangkan unit produksi sebagai wadah penyaluran aspirasi pembelajaran produktif secara nyata. Unit ini dapat dikembangkan secara kesepakatan antara pihak satuan pendidikan dan komite sekolah. Dengan itu para pendidik serta keseluruhan pendharbeni pendidikan dapat merasa lebih memiliki segala kegiatan serta produk yang dihasilkan dari kegiatan unit produksi. Unit produksi ini seharusnya dibina oleh pendidikan di dalam satuan pendidikan bersangkutan dan tidak harus oleh kepala sekolah.

Siapakah pelaksana produksi di dalam unit produksi?
Tentu kita berharap kegiatan di dalam unit ini adalah para peserta didik yang memperoleh bimbingan dan pembinaan dari para pendidik di satuan pendidikan itu beserta pendharbeni pendidikan yang dapat menyediakan waktu untuk kegiatan tersebut. Ini pun dikembangkan dalam konteks pencapaian kompetensi pendidikan sekaligus pengembangan diri peserta didik untuk menjadi lulusan yang memiliki kemampuan lebih dari sekedar biasa. Penyertaan peserta didik di dalam kegiatan ini dapat diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan minat serta waktu yang tersedia bagi masing-masing individu. Upayakan agar peserta didik dapat memenuhi keinginan belajarnya sehingga kegiatan yang dilakukan benar-benar dirasakan kebermanfaatannya bagi mereka. Karena tugas utama mereka adalah belajar untuk menyelesaikan pendidikan di jenjang itu, kesertaan mereka tentu dimaksudkan untuk memperkuat ketangguhan mereka di dalam menyelesaian pendidikan di jenjangnya, bukan malah menghambat. Bila yang terakhir itu yang terjadi, dapat dipastikan pihak orang tua maupun komite sekolah tidak akan mendukung kegiatan tersebut.

Yang perlu diingat, tidak tertutup kemungkinan di dalam unit yang semakin berkembang, akan dipekerjakan tenaga pembantu (support staff) yang dapat menangani secara penuh kegiatan unit ini. Dengan demikian dimungkinkan diperolehnya produk secara terus menerus atau berkelanjutan.



Komoditas apa yang sebaiknya diproduksi unit ini?
Apabila mengikuti keinginan untuk proses pengembangan unit sekaligus memberdayakan peserta didik tentu kita perlu memikirkan produk yang dapat dihasilkan sekaligus layak dipasarkan. Tentu saja produk-produk tersebut diupayakan dapat diproduksi oleh peserta didik sekaligus mencerminkan muatan lokal yang memiliki nilai jual atau dibuat supaya memiliki nilai jual. Yang tak kalah penting produk tersebut hendaknya tidak cepat rusak. Bila produk itu harus dikonsumsi manusia sebagai bentuk makanan dan minuman, komoditas itu juga harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). Namun hal ini hendaknya tidak dimaknai mempersulit proses produksi. Sebaliknya, dengan itu justru peserta didik dan masyarakat juga dilatih untuk memahami pentingnya mengikuti peraturan yang berlaku dalam upaya menyelamatkan masyarakat itu sendiri dari kemungkinan dibencanakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau orang yang tidak mengerti. Yang jelas, berbagai peraturan POM itu dilandasi pemikiran saintifik untuk tujuan kebaikan masyarakat.
Berkaitan dengan subjek pembelajarannya, produk-produk yang dapat dihasilkan oleh unit produksi tentu akan sangat bervariasi. Karena keterbatasan ruang di dalam makalah ini hanya beberapa contoh saja yang disampaikan di dalam Tabel 1.

Tabel 1.
Contoh produk yang dapat dikembangkan oleh Unit Produksi
Di Satuan Pendidikan

No. Bidang kajian Contoh produk
1 Sains, kesehatan, olah raga • Produk kimia seperti sabun, detergen, bahan pembersih lantai, parfum sintetis dari senyawa ester, garam murni, bahan pengawet makanan, dan seterusnya.
• Produk biologi seperti melalui fermentasi seperti tape, tempe, terasi, nata de coco, nata de soya, pembuatan jamu untuk menjaga kesehatan dari empon-empon, dan seterusnya.
• Produk fisika seperti alat elektronik, pengeras suara, bel listrik spesifik, mainan anak-anak secara mekanik maupun elektrik, peralatan pemanas atau pendidingan, peralatan olah raga menggunakan gerak mekanik, atau per, dan seterusnya.
• Produk tertulis hasil pembelajaran bervisi SETS untuk kimia, fisika, dan biologi
2 Bahasa (berbagai jenis), sastra, seni • Cetakan atau tulisan karya prosa, puisi siap publikasi
• klipping koran atau majalah karya prosa puisi atau yang bernilai seni
• Publikasi institusi seperti jurnal, majalah, koleksi lain.
• Karya seni lain di luar yang disebut di atas
• Produk tertulis hasil pembelajaran bahasa bervisi SETS
3 Keterampilan • Produk keterampilan mengukir, membubut, memahat, melukis, menjahit, mengelas, memasak/kuliner (sesuai kespesifikan lokal)
4 Ekonomi/sosial • Model pemasaran produk tertentu
• Peralatan pengamanan sosial seperti sticker kegiatan sosial, larangan-larangan, dan seterusnya.
5 Agama • Pemikiran atau hasil belajar dalam bentuk ajakan untuk berbuat kebaikan, tidak merusak lingkungan dan masyarakat, mengembangkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkannya sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat serta organisme lain di bumi dilaksanakan secara terintegratif dalam produk-produk fisik yang diberi nilai ekonomis seperti ditampilkan di atas.
• Produk tertulis hasil pembelajaran agama bervisi SETS.

Tentunya contoh-contoh di atas diharapkan tidak harus sama antara satu institusi dengan institusi lain. Namun demikian, bila terpaksa sama pemberian variasi berbeda tentu akan menandai sumber produsennya. Contoh di atas dapat lebih diperjelas wujudnya untuk masing-masing butir ketika hal itu diaktualisasikan di unit produksi masing-masing satuan pendidikannya.

3.4 Sistem Pemasaran Produk
Setelah komoditas yang dihasilkan itu dapat diproduksi dengan baik diperlukan pemasaran produk sehingga memungkinkan diperolehnya balikan ekonomis alias aliran uang masuk. Dengan demikian, proses produksi komoditas yang diminati masyarakat itu dapat dilanjutkan kembali. Untuk itu diperlukan cara pemasaran yang baik efisien dan efektif sehingga memungkinkan produk tersebut dapat dimanfaatkan oleh konsumen sesuai dengan jenis produknya.

Proses pemasaran produk yang dihasilkan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Cara konvensionil dilakukan melalui aliran barang dari produsen ke distributor dilanjutkan ke penjual eceran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Yang paling singkat adalah dari produsen langsung bertransaksi dengan konsumen. Cara pemasaran lain yang sekarang ini banyak dilakukan dan diakui sangat menguntungkan adalah melalui sistem jaringan atau yang sering dikenal dengan nama multi level marketing-MLM. Yang dianjurkan di sini terutama adalah yang telah mapan atau dimapankan . Pemasaran cara ini nampaknya perlu dikembangkan lebih jauh. Diharapkan dengan itu akan terjalin proses silahturahmi dan persahabatan untuk membangun sekaligus memperoleh manfaat ekonomi dan sosial.

Pemilihan atas sistem jaringan pemasaran yang telah established atau mapan menjamin kejelasan hak dan kewajiban peserta dalam sistem. Pengembangan jaringan baru sebagai bagian sistem yang telah mapan akan lebih menjamin kemantapan sistem yang diikuti tersebut dibandingkan dengan bila kita mengembangkan sistem baru yang belum teruji kehandalannya. Kisah-kisah sedih sebagai akibat dari penerapan sistem relatif baru, dalam upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi, telah banyak kita dengar. Di antaranya menyebabkan keterlibatan tindak kriminal yang tidak disadari. Namun demikian, tidak semua sistem pemasaran jaringan baru yang diperkenalkan di dalam masyarakat itu buruk. Yang penting, kita perlu memperoleh informasi utuh tentang sistem pemasaran jaringan yang akan kita ikuti dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Lebih bagus lagi bila sistem tersebut dapat kita jadikan lahan untuk memasarkan produk-produk yang kita hasilkan.

Pengembangan sistem jaringan yang sama sekali baru untuk tujuan pemasaran produk kegiatan pendidikan produktif di samping untuk pemenuhan kesejahteraan pendidik dan pendharbeni pendidikan memerlukan pemikiran komprehensif sehingga tidak merugikan para peserta yang terlibat di dalam sistem tersebut. Hal ini bukan pekerjaan mudah. Yang jelas ketika usaha pemasaran dengan sistem jaringan dikembangkan, di situ harus ada produk yang perlu dipasarkan. Harga produk serta sistem reward atau penghargaan yang diberikan pada para peserta sistem pemasaran jaringan harus ditetapkan secara jelas sehingga tidak menimbulkan masalah di belakang hari. Sistem harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak mudah diberi pemaknaan lain. Hal ini penting terutama sekali ketika menyangkut remunerasi atau pembayaran. Pemasar tentu berharap memperoleh penghargaan yang layak dari upaya pemasaran yang dilakukan. Di sisi lain, produsen atau pemilik produk juga berharap sama. Oleh karena itu perlu pembagian keuntungan yang terstruktur dengan baik yang dapat dipakai sebagai pegangan baku. Lebih dari itu, diperlukan kejujuran di dalam pelaksanaan sistemnya sehingga tidak ada rasa was-was pada diri peserta sistem pemasaran jaringan tersebut.

Model sistem pemasaran jaringan yang diperkenalkan di masyarakat sangat bervariasi, dari yang sangat baik sampai yang harus diberi perhatian dengan sangat hati-hati karena di antaranya dapat merugikan masyarakat. Di antara sistem pemasaran jaringan tersebut adalah UFO, Thianshi, SSecara keseluruhan, di dalam sistem-sistem tersebut dikenal istilah Up Line (Pendahulu) dan Down Line (Pelanjuti). Pendahulu, secara perseorangan atau perwakilan, memiliki kewajiban untuk memberi contoh dengan baik dan benar langkah-langkah yang perlu dilakukan agar peserta di dalam sistem jaringan memahami produk, kemanfaatan, cara memasarkan produk yang ditawarkan, serta pengembangan jaringannya. Dengan demikian, semua peserta di dalam sistem akan dapat mengetahui secara tepat segala kewajiban yang harus mereka lakukan dan hak yang akan mereka peroleh dari sistem yang mereka ikut serta kembangkan tersebut.

Yang jelas, sistem pemasaran jaringan dikembangkan dengan pemikiran mengurangi biaya promosi dan menempatkan biaya promosi tersebut sebagai bagian dari keuntungan yang diperoleh peserta di dalam sistemnya. Dengan cara demikian, pemrakarsa sistem pemasaran jaringan itu berkesempatan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bersama dengan pelaku lain di dalam sistem yang dikembangkannya dalam proses pemasaran produk yang diperkenalkan. Dengan memahami pemikiran dasar itu kita selanjutnya dapat mengetahui yang mana di antara sistem tersebut yang dapat dianggap layak untuk kita ikuti dan selanjutnya diperkenalkan kepada teman, kolega, atau anggota masyarakat lain. Penerapan sistem pemasaran jaringan di masyarakat sebenarnya memberikan gambaran implikasi SETS yang perlu diperhatikan, yang dalam pemilihannya untuk diikuti diharapkan yang berimplikasi positif terhadap lingkungan dan masyarakat.

3.5 Model Peningkatan Kesejahteraan Untuk Diadopsi
Sebagai upaya peningkatan kesejahteraan pendidik serta pendharbeni pendidikan diperlukan model sistem yang diyakini dapat memberi hasil nyata. Di sisi lain upaya pengembangan unit produksi juga merupakan bentuk nyata sumber perolehan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Produk dari unit produksi dapat dipasarkan melalui sistem konvensionil maupun sistem jaringan. Melalui sistem jaringan, pemasaran akan mencapai peserta sistem yang memerlukan serta anggota masyarakat lain yang terkena imbasnya. Pada pemasaran secara konvensional para konsumen akan memperoleh komoditas senilai harga komoditasnya, dengan kadang-kadang menerima bonus (tidak selalu ajeg). Pada pemasaran sistem jaringan, para anggotanya akan memperoleh komoditas ditambah dengan bonus-bonus tertentu yang bersifat konsisten sesuai aturan yang telah ditetapkan.

Dengan memperhatikan informasi di atas bila produk unit produksi di satuan pendidikan dapat dipasarkan melalui sistem pemasaran jaringan yang mapan, dengan sendirinya upaya peningkatan kesejahteraan pendidik dan pendharbeni pendidikan tentu memiliki nilai ganda. Pertama, keuntungan pemasaran komoditas dari unit produksi. Kedua keuntungan dari kesertaan sistem itu ketika persyaratan kesertaan dalam sistem jaringan itu sendiri.

Oleh karena itu, di dalam forum ini ditawarkan upaya peningkatan kesejahtaraan pendidik secara berganda yakni:
1. menyiapkan unit produksi di satuan pendidikan (yang juga menampung produk perorangan) dengan produk yang dijaga konsistensinnya.
2. Memasarkan produk yang dihasilkan oleh unit produksi melalui cara konvensional dan sistem pemasaran jaringan yang memberi peluang memasarkan produk selain produk dari sistem jaringan itu sendiri.
3. Mengikuti sistem pemasaran jaringan sebagai anggota untuk ikut mengkonsumsi maupun memasarkan produk yang dimiliki.
4. Ikut mengembangkan sistem jaringan yang dianggap memberi kemanfaatan tinggi dalam upaya peningkatan kesejahteraan pendidik. Kesertaan dan pengembangan sistem jaringan ditawarkan dengan mengadopsi sistem pemasaran jaringan yang telah mapan (Tianshi). Alasan pemilihan sistem ini terutama sekali karena dibanding dengan sistem lain sejenis, keanggotaannya bersifat sepanjang masa, dapat diwariskan, dan sistemnya sendiri didukung oleh infrastruktur kuat yang menjamin kelangsungan hidup sistemnya. Sistem ini juga telah diterapkan di banyak negara tanpa hambatan atau restriksi. Di samping itu, sistem ini juga membuka kesempatan memasarkan produk selain produk utama dari sistem Tianshi, sementara sistem lain tidak (setidaknya belum) memberi peluang pemasaran produk dari anggotanya.

Sementara itu, sistem pemasaran jaringan lain yang dianggap dapat membantu meningkatkan kesejahteraan pendidik juga akan ditawarkan oleh laboratorium SETS UNNES kepada para pendidik yang berminat. Dengan demikian, secara keseluruhan upaya diatas akan membawa ke arah peningkatan kesejahteraan secara sinergetik.

4. KESIMPULAN
Dari berbagai uraian di atas, sejumlah hal berikut dapat ditarik sebagai sejumlah kesimpulan:
 Peningkatan kesejahteraan pendidik, selain dari sumber remunerasi bulanan termasuk tunjangan profesional dapat diperoleh dari sumber lain, khususnya dari sistem-sistem pemasaran jaringan yang mapan dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Peningkatan kesejahteraan pendidik tidak harus dengan cara meninggalkan tugas utama sebagai pendidik, akan tetapi di antaranya dengan cara meningkatkan produktivitas kegiatan pembelajaran yang ditangani atau diampu.
 Kegiatan produktif pembelajaran oleh sejumlah pendidik di satuan pendidikan tertentu dapat dikoordinasi dan diakumulasi melalui pengembangan unit produksi.
 Komoditas yang dihasilkan unit produksi dapat dipasarkan melalui sistem konvensionil maupun sistem pemasaran jaringan yang dipilih untuk diikuti.
 Untuk itu diperlukan komitmen dari pendidik untuk memenuhi kewajiban di dalam sistem jaringan yang diikuti agar memperoleh hak yang telah ditetapkan di dalam sistem yang diadopsi sebagaimana diharapkan.
 Secara keseluruhan upaya peningkatan kesejahteraan itu dapat dilakukan secara sinergetik.

5. SARAN
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pendidik disarankan agar
 pendidik dapat menggunakan dual system, yakni melalui kegiatan pembelajaran produktif yang terarah juga untuk mencapai kompetensi pembelajaran juga melalui pemasaran produksi melalui sistem pemasaran jaringan yang mapan.
 di dalam kesertaan pada sistem pemasaran jaringan yang mapan diharapkan kita memiliki komitmen kuat untuk berpartisipasi aktif serta mengambil manfaat sebesar-besarnya dari sistem pemasaran jaringan yang diikuti.
 cara peningkatan kesejahteraan semacam ini diharapkan diteliti lebih lanjut oleh para kolega di bidang ekonomi tentang peluang pengembangannya secara keilmuan untuk dituangkan di dalam bentuk pembelajaran/perkuliahan
 sedapat mungkin sistem-sistem pemasaran jaringan yang benar-benar dapat dipakai untuk membantu menyejahterakan masyarakat (siociety) diadopsi oleh perguruan tinggi sebagai bidang pengembangan profesi yang ditawarkan secara sadar.

6. PENUTUP
Upaya yang dilakukan di dalam seminar lokakarya ini diharapkan dapat memberi hasil nyata peningkatan kesejahteraan bagi pendidik maupun pendharbeni pendidikan yang lain. Upaya ini akan sampai pada tujuannya bila secara bersama-sama kita aktif memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam sistem jaringan yang kita adopsi bersama. Yang terutama sekali diperlukan di dalam upaya bersama ini adalah komitmen untuk mengembangkan serta memenuhi persyaratan di dalam sistem masing-masing individu sampai pada tahapan untuk memperoleh penghargaan yang diharapkan. Di samping itu hasil kegiatan pembelajaran produktif bervisi SETS dapat kita tumpangkan pemasarannya melalui sistem pemasaran jaringan yang diikuti melalui sistem ”ride on tide”. Hal ini bermakna bahwa produk yang unit produksi yang kita kembangkan juga ikut terbawa di dalam sistem yang kita ikuti dan kembangkan lebih lanjut.



RUJUKAN
Binadja, Achmad. 1996. Why Do We Need SETS Education? Paper Submitted for training and workshop on Environmental Education, Brisbane
Binadja, Achmad. 1999a. STL (Science and Technology Literacy) in the SETS (Science, Environment, Technology, and Society Education) Perspective. Paper presented in the Regional Workshop on Scientific and Technological Literacy for All, Conducted by SEAMEO RECSAM In Collaboration with UNESCO and ICASE, Penang, 10 – 15 May 1999.

Binadja, Achmad. 1999b. Cakupan Pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Untuk Bidang Sains dan Nonsains. Makalah. Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan SETS untuk Bidang Sains dan Non Sains. UNNES, Semarang 14-15 Desember 1999.

Binadja, Achmad. 2002a. Pendidikan Bervisi SETS, Implikasi Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Makalah. Seminar Nasional Pendidikan Berorientasi Ketrampilan Hidup dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. UNNES, Semarang 27 Februari 2002.

Binadja, Achmad (2002b). Pendidikan Bervisi SETS dan Master Plan Percepatan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah di Propinsi Riau. Makalah disajikan pada Seminar Pengembangan Master Plan Pendidikan Propinsi Riau, Universitas Islam Riau, Pekanbaru. 20 Mei 2002.

Binadja, Achmad 2004. Kontribusi Mahasiswa dan lulusan prodi pendidikan IPA S2 PPS UNNES dalam Pembelajaran Bervisi SETS di Masing-masing Institusinya. Laporan Penelitian. UNNES

Binadja, Achmad. 2005a. Pembelajaran Sains Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan Berpendekatan SETS, Implikasinya Pada Pengembangan Silabus Subjek Sains. Makalah Ilmiah. Disajikan pada Seminar Nasional MIPA UNNES, Semarang 10 Desember 2005.

Binadja, Achmad. 2005b. Pembelajaran Sains Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan Berpendekatan SETS, Implikasinya Pada Pengembangan Bahan Pembelajaran Kimia. Makalah Ilmiah. Disajikan pada Seminar Nasional MIPA UNESA, Surabaya 17 Desember 2005.

Binadja, Achmad. 2006a. Integrasi Visi SETS Dalam Pengembangan Kurikulum, Implikasi dan Implementasinya. Makalah Ilmiah. Disajikan pada Seminar Workshop Pusat Kurikulum. Pusat Kurikulum Depdiknas, Jakarta, 7-9 Maret 2006.

Binadja, Achmad 2006b. Standar Isi dan Kompetensi, Pengembangan Kurikulum Berivisi SETS dan Implikasinya. Makalah Ilmiah, Disajikan pada Seminar Nasional, Standar Isi dan Kompetensi, Menuju Kurikulum Bervisi SETS. Laboratorium SETS UNNES, Semarang, 3 Juni 2006.

Binadja, Achmad 2006c. Penerapan Visi SETS Dalam Pengembangan Kurikulum dan Implikasinya. Makalah Ilmiah. Makalah disajikan pada In House Training, SMA Negeri 4 Semarang. Semarang 10-11 Juli 2006

Binadja, Achmad 2006d. Optimasi Pembelajaran Sains Bervisi dan Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society). Makalah Ilmiah, Disajikan pada Simposium Guru SMP Dalam Rangka Olimpiade Sains Nasional 2006 Semarang 6-7 September 2006.

Hariyanto. 2005. Pengaruh Bahan Instruksional dan Desain Instruksional Bervisi SETS Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta didik Pokok Bahasan Kalor. Tesis Program Pasca Sarjana UNNES.

Indriyanti, Dyah Rini dan Partaya. 2003. Meningkatkan kualitas pembelajaran Entomologi dengan Pendekatan SETS pada Mahasiswa jurusan Biologi, FMIPA UNNES. Laporan penelitian . Semarang Lemlit UNNES.

Indriyanti, Dyah Rini; S. Nurwati; K. Wahyuni dan Lisdiana. 2000. Meningkatkan kualitas belajar peserta didik kelas II SMA N I Semarang pada pokok bahasan Fisiologi Tubuh Manusia dengan teknik pendekatan SETS. Laporan penelitian. Semarang Lemlit UNNES.

Indriyanti, Dyah Rini; S. Nurwati; dan E.S. Rahayu. 2002. Memotivasi guru-guru Biologi SMA menggunakan teknik pendekatan SETS dalam kegiatan belajar mengajar di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Laporan Pengabdian Semarang LPM UNNES.

INE 2007-a. Relasi Dunia Pendidikan dan Industri Masih Bermasalah. Kompas 3 November 2007; hal 12.

INE 2007-b. Akibat UN, Belajar Jadi Kering. Guru dan Murid Utamakan Hasil Akhir, Abaikan Proses; Kompas 5 November 2007; hal 12.

JON 2007. Sertifikasi Guru Dikecam, Beban Kerja Jadi Syarat Verifikasi. Kompas 5 November 2007; hal. 12.

Rosilawati, Ani. 2005. Komparasi Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Sistem Periodik Dan Struktur Atom Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran Dengan Pendekatan SETS Dan Pendekatan Non SETS Pada Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Kendal Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA-UNNES
Susilowati 2004. Kualitas Hasil Belajar dan sikap Terhadap Linagkungan Setelah Peserta didik Kelas II SMU Negeri 1 Ambarawa Menerima Pelajaran kimia Lingkungan Dengan Pendekatan SETS. Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA-UNNES.
Sutanti 2002. Komparasi Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Reaksi Oksidasi-Reduksi peserta didik Kelas 1 Cawu 3 SMU Negeri 3 Pemalang Tahun Pelajaran 2002/2002 Antara peserta didik Yang diberi Pambelajaran Dengan Pendekatan SETS dan Pendekatan Selain SETS. Skripsi. Jurusan Kimia. FMIPA-UNNES.
Wijayanti, Indah 2003. Penerapan PendekatanSETS Dalam Pembelajaran Materi dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Kimia Peserta didik Kelas I SMU N 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2002/2003. Skripsi. FMIPA-UNNES
Wijayanti, Leni 2004. Penerapan Pendekatan SETS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Sistem Koloid Pada Peserta didik Kelas II Semester 2 SMA Negeri 6 Semarang Tahun Ajaran 2003/2004. Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA-UNNES.

Tanggalan

Karir

KARIR ANDA!!

Online

Info Kerja

Info Lowongan Kerja

Label

Link P. Tinggi

P T S

BANK SOAL UPDATE

Pesan Tertunda